Selasa, 02 Agustus 2011

Bab 7 : Mayjen (Purn) Darsup Yusuf : Sekolahkan SBY Ke Luar Negeri


            Subarda adalah senior saya. Beliau (lulusan AMN) 1962, kalau saya 1972. Selama  karir militernya, Subarda pernah memegang jabatan strategis. Ia pernah menduduki Asisten Personil yang mengendalikan karir Angkatan Darat dari mulai tamtama, bintara sampai perwira. Tugasnya di Spers Mabes ABRI adalah bagaimana menciptakan kader-kader pimpinan TNI yang akan datang. Ia memiliki kontribusi dalam menciptakan tokoh-tokoh menjadi pimpinan nasional, karena di tangannya lah digodok personil-personil ABRI.
            Saya mengenal Subarda sebagai perwira tinggi yang juga menduduki posisi sangat strategis. Subarda pernah menjadi Wakil Komandan Seskoad, yaitu suatu lembaga pendidikan militer, khususnya TNI AD. Komandan Seskoad waktu itu adalah Mayor Jenderal Feisal Tanjung.
Saat Subarda menjadi Wakil Komandan Seskoad, saya menjadi salah satu siswanya. Selesai pendidikan, saya menjadi dosen di Seskoad. Jadi, Subarda masih tetap sebagai pimpinan saya. Malah saya anggap sebagai bapak saya.
Di Seskoad saya bersama-sama dengan Kolonel Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi SBY, sekarang Presiden RI, juga anak didik Subarda. Selesai pendidikan Seskoad, SBY menjadi dosen juga. Pada saat itu, saya dikirim pendidikan komparatif  ke Malaysia selama satu tahun, sedangkan SBY ke Amerika Serikat. Jadi ada ikatan bathin Subarda dengan saya dan SBY. Itulah sebabnya kami sekarang aktif di Partai Demokrat membantu SBY.
Dari Wadan Seskoad, jenjang karir Subarda meningkat terus dan naik menjadi Komandan Pusat Pendidikan dan Diklat Angkatan Darat (Danpusdindik, cikal bakal Kodiklat). Disitu Subarda dapat promosi jabatan menjadi bintang dua (Mayor Jenderal). Saya juga atas dorongan Subarda menapak karir menjadi perwira tinggi. Terakhir menjadi anggota DPR mewakili Fraksi TNI-Polri dengan pangkat Mayor Jenderal.
Setelah purna tugas, saya bersama-sama dengan Subarda di Partai Demokrat Jawa Barat.  Terus terang, untuk Partai Demokrat Jawa Barat,  Subarda itu pejuang awal. Saat dibentuknya DPD Partai Demokrat Jabar, Subarda termasuk pendiri dan sekaligus penunjang utama. Sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai Subarda memberikan dukungan finansial untuk kebesaran partai.
Pada legislatif 2004, Partai Demokrat Jabar berhasil menempatkan sembilan orang wakil dari Jabar untuk kursi DPR. Atas kerja keras dan perjuangan Subarda dan kawan-kawan, Jawa Barat memperoleh suara yang terbesar. Atas keberhasilan Jawa Barat menjadi lumbung padi Partai Demokrat itu, Subarda tidak punya pilihan apa-apa.
Makanya setelah Pemilu legislatif, Subarda tidak berambisi untuk mempunyai jabatan apa-apa. Begitu juga dengan perjuangan sekarang ini agar SBY menduduki kembali jabatan presiden yang kedua, Subarda tidak punya ambisi apa-apa. Dengan segala pengorbanan, Subarda siap untuk kesuksesan SBY.
Saya kira segala upaya Subarda sekarang ini dikiprahkan untuk kebesaran DPD Partai Demokrat Jabar. Partai tidak memberi dana sepeserpun, tapi Jawa Barat merupakan lumbung demokrat terbesar. Itu obsesinya,
            Oleh karena itu, saya termasuk orang yang prihatin ada yang mengungkit-ungkit lagi kasus Subarda sewaktu menjadi Dirut Asabri sembilan tahun lalu. Padahal, kasusnya sudah selesai (Sudah ada Surat Keterangan Penghentian Penyidikan (SKPP) dari polisi yang menyatakan tidak cukup bukti).
            Sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Daerah (Bappiluda), Subarda orang yang bertanggung jawab memenangkan Pemilu di Jawa Barat. Kalau suara Partai Demokrat di Jawa Barat jeblok pada Pemilu 2009, Subarda bisa digantung. Kalau Subarda dikait-kaitkan dengan persoalan kasus Asabri itu terus-terusan (padahal sudah dinyatakan bersih oleh polisi), tentu akan mengganggu kinerjanya.
            Menurut hemat saya, (SKPP dikeluarkan polisi) karena berdasarkan bukti-bukti yang nyata, Subarda bersih. Masalahnya sudah jelas, kasus ini sudah terjadi lama dan terbukti bukan Subarda yang melakukan korupsi. Proses hukum sudah berjalan, Subarda sudah diperiksa di kepolisian dan Polri sudah mengeluarkan SKPP.
Kalau memang Subarda terbukti korupsi, seharusnya pada saat itu tanpa pilih bulu dia harus sudah masuk penjara sebagai tersangka. Meskipun yang melakukan orang lain (tersangka pengusaha Henry Leo), secara administratif Subarda sudah dihukum. Subarda sudah dipecat dari Dirut Asabri.
Lagipula kasus itu kan cukup besar (nilainya Rp410 miliar). Kalau Subarda bersalah, tentu sudah dibui. Sedangkan sekarang ini penyelewangan-penyelewengan yang dilakukan oleh birokrat puluhan juta saja ditangani langsung oleh KPK dan langsung ditahan.
            Oleh karena proses pemeriksaan kembali kasus Asabri akan berdampak pada kinerja Subarda dan berpengaruh kepada perolehan suara Partai Demokrat Jawa Barat, menurut hemat saya, seharusnya pimpinan dan petinggi dari Partai Demokrat ini memberikan suatu klarifikasi.
Subarda perlu direhabilitasi karena status dia sudah jelas. Lihat saja, dulu ada majalah (Gatra) yang memuat tuduhan Subarda koruptor. Mungkin takut atau menyadari laporannya tidak akurat, akhirnya edisi berikutnya Gatra memuat berita yang membenarkan Subarda tidak tersangkut masalah korupsi.
            Yang istimewa dari Subarda adalah sifatnya atau kemurahan hatinya. Ia seorang figur yang santun, dermawan, dan kebapakan. Oleh karena beliau mempunyai sifat mendidik, maka ia memiliki faktor keteladanan. Ia bisa menjadi contoh, figur yang bisa diteladani.
            Saya  setuju Subarda adalah jenderal yang pengusaha atau pengusaha yang jenderal.  

(Mayjen (Purn) Darsup Yusuf, mantan anggota DPR Fraksi TNI-Polri dan kini fungsionaris DPD Partai Demokrat Jawa Barat

1 komentar:

  1. How to make money with online gambling - Work Tomake
    At the same time, gambling งานออนไลน์ gambling is not allowed in Las Vegas. You don't have to register for a gambling website to do it. · Log bet365 In. 바카라 규칙 To do so, 슬롯 나라 you 샌즈

    BalasHapus